Iwan Fals Kata Penggemar di Dunia Maya

Iwan Fals Kata Penggemar di Dunia Maya

Nama penyanyi Iwan Fals di internet sudah tidak asing lagi. Jumlah penggemar di dunia maya ini cukup banyak mulai dari yang biasa sampai yang fanatik. Kondisi ini seperti cerminan yang ada di dunia nyata. Beberapa yang aktif di internet tidak malu-malu menunjukkan jati dirinya sebagai penggemar Iwan Fals. Begitu juga kawan-kawan yang tergabung di multiply, sebuah situs jaringan sosial dengan beragam fitur termasuk blog. Mereka menghiasi tempatnya dengan atribut sang idola dan juga beberapa kali menulis artikel dan berbagi koleksi tentang idolanya.

Kami dari iwanfalsmania.blogspot.com beberapa waktu yang lalu meminta opini dari mereka tentang Iwan Fals. Dan berikut yang bisa kami tampilkan disini.

Abdul Rahman T., karyawan swasta, Bekasi.
Dulu, ada lagu yang tak kusuka dari bang Iwan yaitu "Tolong dengar Tuhan", bagiku apa yang diberikan Allah pastilah terbaik, hanya manusia tak bisa memahami hikmahnya. Setelah dewasa aku memahami bahwa saat itu memang begitu adanya jiwa bang Iwan, tak ubahnya sekarang bang Iwan menyesal kenapa harus memberi sebuah lagunya dengan judul "Lonteku". Keadaan, waktu dan umur bang Iwan membuat aku memakluminya.

Abdul (dOeL), 30 th, Jakarta
Ketemu Iwan waktu konser di Hardrock cafe Jakarta 1998 (sehari sebelum kerusuhan Mei 2008), meski dari 1990-1993 batal melulu nonton konsernya (padahal males :P). Ketemu beneran dan poto bareng tahun 2003 pas lagi promosi album In Colaboration di iradio Jakarta. Bawa semua "perabotan perang" termasuk ada beberapa album yang gak ada dirumah Fals tapi beliau masih ingat (seperti Opera Jesus).
Yang gak disukai dari Fals adalah kumis sama gondrongnya ilang gitu aja, gak sangar lagi :D

Dewa, Bali
Salah satu yang tidak kusukai adalah ketika Iwan Fals mulai dikelola oleh sebuah manajemen (IFM). Rasanya setelah itu aku kehilangan sosok Iwan Fals yang dulu kukenal. Apalagi ketika Iwan Fals terlibat sebagai icon produk sepeda motor, setelah itu sempat aku memutuskan untuk tidak mendengarkan lagu-lagunya sebagai wujud protes. Intinya, mungkin memang ada jurang antara aku sebagai penggemar dengan Iwan Fals sekarang ini, tapi semua itu tak bakalan menghentikan niatanku untuk mengumpulkan kembali album-album yang telah hilang. Dan Iwan Fals tetap akan menginspirasi tiap langkahku.

Fendi Kurniawan 28 th, karyawan swasta, Bekasi
Pengalaman paling berkesan adalah ketika bisa berduet satu panggung dengan Iwan Fals dan ditonton ratusan orang membawakan lagu Buku Ini Aku Pinjam pada acara Reuni Oi tahun 2005 di Leuwinanggung. Namun yang aku kurang suka dari Iwan Fals adalah ketika hilang sisi idealismenya. Iwan Fals mulai ditata sedemikian rupa untuk menyerah pada pasar, menyesuaikan diri dengan pasar industri musik yang akhirnya bermuara pada lagu - lagu sendu yang kebablasan.

Heri Sukani, 25 th, mahasiswa, Padang
Aku berharap album lama yang sulit didapat seperti Amburadul rekaman di radio EH8 ITB atau album Perjalanan dirilis ulang dalam bentuk CD atau kaset. Dan sering seringlah ke daerah untuk turun konser.

Mukhlis
, 27 th, Wiraswasta, Pekanbaru
Yang paling berkesan adalah pertama kali nonton penampilan Iwan Fals pada konser A Mild Soundrenaline di Pekanbaru. Walau cuma 4 lagu, namun itu baru pertama kali aku melihat sang idola dengan mata kepala saya sendiri yang selama ini ku mimpi-mimpikan, yang memang aku sering terbawa mimpi bertemu Iwan Fals.

Unggul, 40 th, tinggal di Cikarang - Jawa Barat
Lagu-lagu mas Iwan ini menjadi inspirasi banyak orang, termasuk saya. Saya pernah membayangkan menjadi anak yang terpaksa mencuri kambing tetangga untuk memberi makan anak istri. Sayang, ketika seorang Iwan Fals dikelola oleh istrinya sendiri, ia telah berubah menjadi mesin uang yang sempurna bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Iwan semakin tak terjangkau oleh penggemarnya. Dulu mereka memanggil Iwan sebagai "mas", "abang", atau "kakak", kini ia disebut "boss", satu sebutan yang menunjukkan satu perubahan yang sangat mendasar, dari rasa kedekatan secara personal batin menjadi personal materi. Ini menyedihkan hati saya.

Ricky Fauzi, karyawan swasta, Jakarta
Kesan pertama yang tak bisa dilupakan yaitu waktu silaturahmi di kediaman beliau. Bang Iwan bertanya dari mana neh, saya dari Ps.Minggu bang, wah kemaren saya lewat Ps.Minggu lagi musim duku tuh, mau duku bang?, kalo ada kata bang Iwan, ya udah besok saya bawain yah. Besoknya saya janjin bawain duku ke bang Iwan, wah bener-bener lu, gw becanda juga. Hari itu sampe ngobrol 4 jam sama bang Iwan.
Hal yang aku tidak sukai sekarang-sekarang ini bang Iwan terlalu over dikelola manajemen. Mau ketemu aja susah sekarang, ga kaya thn kemaren. Aku pengen seh tiap-tiap konser recordnya dijual di Leuwinanggung kaya dulu githu.

Satriyo Andoyo, pengusaha, Sumatera - Jawa domisili Palembang
Tidak ada fenomena hebat lagi dalam setiap karyanya setelah orde reformasi ini. Dulu kita bisa lihat bagaimana hebatnya gaung lagu Umar Bakrie, Bento, Etiophia, Pesawat Tempur, dsb. Sedangkan karyanya sekarang cuma dalam hitungan hari perlahan akan tenggelam cepat dan tidak pernah lagi kita dengar lewat radio-radio, TV, dsb, kecuali kita muter sendiri berulang ulang didalam rumah/mobil, iPod, dsb.

SB, wiraswasta, Surabaya
Bagiku sebagian besar lagu-lagu Iwan Fals cukup enak didengarkan bagi telinga masyarakat biasa dan mampu memberi semangat hidup lewat lirik-liriknya. Meski ada beberapa yang aku tidak suka liriknya seperti lagu 'Tolong Dengar Tuhan' dimana Iwan memanggil Tuhan dengan 'Hei'. Sekarang lirik-lirik lagu Iwan Fals terasa lebih tenang dan bersahaja, sejalan dengan penampilannya yang berubah. Dan ternyata dari perubahan itu, nama Iwan Fals perlahan tenggelam dan hanya sesekali tampil kepermukaan hanya karena penggemarnya rindu, bukan karena ‘pemberontakan’ dalam lagunya. Nama Iwan tentu saja masih menjadi ikon perlawanan bagi kita yang sempat merasakan kondisi masa lalu. Namun bagi generasi sekarang yang hanya ‘terima beres’, nama Iwan mungkin cukup sebagai nama seorang penyanyi terkenal yang tak ada bedanya dengan penyanyi-penyanyi lagu cinta lainnya. Mungkin mereka tidak begitu mengenal Iwan sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam perubahan bangsa ini.

Belatung

Belatung
(Iwan Fals)


Lirik lagu Iwan Fals yang belum pernah diedarkan. Iwan Fals saat membaca lirik ini sempat bingung, dia tidak ingat kalau pernah menulis lirik lagu ini dan dia juga tidak memiliki rekamannya. Lantas kolektor menyerahkan rekaman lagu ini dan Iwan Fals baru yakin kalau dia dulu pernah menyanyikannya.

Belatung-belatung cepat datang cepat pergi
Pikiranku mengembara lagi
Disamping kolam ikan
Diatas lantai beton
Saat hujan rintik-rintik
Tetanggaku menjemur pakaian

Seekor kadal buntung mati
Mayatnya hijau kehitam-hitaman
Seekor lalat hijau kepalanya merah
Menjilat-jilat bangkainya
Seekor lalat hitam bersayap coklat
Kadang ikut menjilat-jilat juga

Seekor belatung ditinggal pergi
Teman-temannya pergi
Bau busuk menganggu hidupku
Suaranya lalat hijau yang lain terus berbunyi

Sebentar hinggap dibangkai
Sebentar hinggap ditelingaku
Suasana sepi membantu
Bau bangkai terbawa angin
Matahari bersinar terang
Hujan rintik-rintik membasahi bebatuan

Aku mulai menjauh …

Makasih Fendi

Jambore Wisata

Jambore Wisata
(Iwan Fals)


Dibawakan pada Jambore Wisata tahun 1996 di Pantai Malingping Banten.

Kumpul kumpul disini nyanyikan lagu alam
Dipinggiran kali dekat muara samudera
Suara dari jalanan

Tak saling bicara itu biasa
Di jambore wisata seni budaya

Ada teater ada musik, seni rupa dan penyair
Jauh polusi banyak bercanda
Dipayungi semesta raya

Pikiran bagus, hati pun tulus
Tukar cerita, dimana saja
Impian nyata, nyatanya mimpi
Walaupun begitu, mari kumpul disini

Orang emosi sudah banyak
Ujung ujungnya perang lagi
Ada diantara orang banyak
Sumat sumut nyempal nyempil

Pemain dan penonton
Sama sama main, sama sama nonton
Semesta raya , Anak manusia
Diantara bahagia dan derita
Dilarang curiga

Makasih Fendi
foto : koleksi tempophoto.com

Penjara

Penjara
(Iwan Fals)


Lagu ini mungkin dibuat sekitar medio 1993 - 1996.
Sepertinya Iwang Noorsaid dan Heirrie Buchaery main di lagu ini.


Dunia diluar kotak luas sekali
Didalam ada dinding yang membatasi
Suka tak suka diluar luas sekali
Suka suka pergi kemana kita suka

Suka tak suka kotak adalah kotak
Ada dinding yang membatasi
Suka tak suka batas adalah batas
Jarak antara kau dan aku

Didepan atau dibelakang jeruji sama saja
Diatas atau dibawah tanah sama saja
Aku disana kamu disini apa bedanya
Penjara hanya nama

Diluar kotak luas sekali
Diluar luas sekali
Dunia dalam kotak luas sekali
Didalam luas sekali

Diluar ular melingkar – lingkar
Didalam kotak penuh tanya
Semua sama saja
Penjara pikir, penjara hati, penjara badan
Penjara hanya nama .. luas sekali .. luas sekali

Makasih Fendi

Artikel Iwan Fals di Matra 1992

Dokumentasi artikel Iwan Fals yang di scan dari majalah Matra edisi khusus IV/Desember 1992 (16 tahun yang lalu !). Sebuah wawancara yang dilakukan setelah album Hijau dirilis.

Klik gambar untuk memperbesar.









majalah koleksi dari dOel

Pukul Dua Malam

Pukul Dua Malam
(Iwan Fals)



Sebuah lagu Iwan Fals yang tidak/belum dikomersilkan. Untuk urusan beli rokok bisa jadi inspirasi buat Iwan Fals bikin lagu. Lirik yang sederhana, polos dan mudah dicerna. Dan yang terjadi di lirik ini memang kerap kita alami dalam kehidupan sehari-hari.


Pukul dua malam kehabisan rokok
Pergi kedapur minum segelas air
Perempuan besar tidur didepan TV
Perempuan kecil menginap di rumah paman

Lewat pintu depan membuka pintu gerbang
Sepuluh langkah gerimis datang
Kembali ke rumah mengambil payung
Warnanya merah dan kuning dengan merk Golden Truly Departemen Store

Jalanan sepi rumah-rumah sepi mobil-mobil sepi
Anjing herder tua mengigil kedinginan
Melihat curiga padaku namun tidak menggonggong
Hansip atau Satpam menyapa sambil main catur

Pukul dua malam kehabisan rokok
Separuh kakiku basah karena hujan
Tukang rokok kelas memakai nadas
Tidur diluar diselimuti karung beratap plastik
Istrinya begadang menunggui suaminya

Sepuluh ribuan keluar dari kantong
Sebungkus rokok buatan luar negeri ganti ke kantong
Aku pulang kembali menyapa yang ronda dan anjing herder tua
Pintu gerbang, dapur dan perempuan besar sudah masuk ke dalam kamar

Payung merah putih membuatku basah
Aku lempar begitu saja ketempat yang kering
Kupergi ke kamar mandi tuk bersihkan diri
Kuhisap sebatang rokok luar negeri yang baru ku beli

Makasih Fendi

Sepak Bola

Sepakbola adalah judul lagu Iwan Fals yang tidak/belum dikomersilkan. Berkisah tentang olahraga sepak bola yang dinyanyikan dengan gaya vokalnya di tahun 80-an.

Lagu ini pernah dibawakan saat pertemuan musisi di Blok M, juga sempat dinyanyikan saat konser bulanan ‘Nak’ 7 Juni 2008 di Leuwinanggung, dan saat tampil di PRJ 19 Juni 2008.
--------------------
UPDATE: pada tahun 2010, lagu ini direkam ulang dan masuk kedalam album Keseimbangan.

Sepak Bola
Iwan Fals


Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan kawan maupun lawan

Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan

Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan

Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit

Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tapi ketenangan bermain jangan disepelekan

Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres dibangku cadangkan
(Main tak beres jadi cadangan)
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan

Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi sempritan dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir

Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa
Kalau juara dikompetisi akbar

Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Main bola bukan olahraga yang tepat

Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
Pemain gila penonton gila
Gila bola dua kali empat lima

Kerja sama yang mutlak adalah mutlak
(Kerjasama adalah mutlak)
Jangan main kalau tidak punya otak
Emosi harus di tekan
Kalah menang pemain yang menentukan

Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih jangan pilih kasih
Apalagi penuh dengan perasaan pamrih
(Apalagi dengan penuh pamrih)

Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
(Bola satu dikejar-kejar)
Pemain gila penonton gila
(Gila bola merajalela)
(Pengamat gila, sponsor gila)
Gila bola dua kali empat lima

Terima kasih buat Ricky
Pada kalimat tercetak miring didalam tanda kurung ( ) adalah kalimat tambahan/pengganti pada versi terbaru. Update pada 040209 dari feri_ifm

Selamat Idul Adha 1429 H

Allahu akbar…
Allahu akbar…
Allahu akbar...


Kami mengucapkan :

Selamat Idul Adha 1429 H

Lagu Luka Dalam Piringan Hitam Iwan Fals

Banyak dari penggemar Iwan Fals yang pernah dengar atau minimal mengetahui lagu “Luka” yang sebagian menyebutnya dengan judul “Luka Lama”. Sebuah lagu balada dengan gaya vokal khas Iwan Fals di tahun 80-an. Dinyanyikan dengan iringan musik yang telah tertata rapi dan direkam dengan baik. Namun lagu ini tidak pernah dijumpai dalam album Iwan Fals yang manapun.


Sebenarnya lagu Luka ini masuk dalam daftar Piringan Hitam [PH] album dengan titel “Kumenanti Seorang Kekasih” pada side 2. Namun album versi PH ini tidak diperjual belikan atau dikomersilkan seperti kaset, dan hanya dicetak untuk keperluan promosi di radio. Album ini kemudian edar dipasaran dalam versi kaset yang juga dikenal dengan nama album “Barang Antik” terbitan tahun 1984. Dalam versi PH jumlah lagu memang lebih sedikit dari versi kaset yang berjumlah 10 lagu.

Track list Album “Kumenanti Seorang Kekasih” versi PH

Side 1
1. Kumenanti Seorang Kekasih [Yoes Yono]
2. Barang Antik [Diat]
3. Sunatan Massal [Chilung]
4. Jalan Panjang Yang Berliku [Tommy & Marie]

Side 2
1. Asmara & Pancaroba [Jaya Susanto]
2. Jangan Bicara [Iwan Fals]
3. Neraka Yang Asyik [Willy.S/Tommy]
4. Luka [Iwan Fals]

Entah kenapa dalam album yang juga kita kenal dengan titel Barang Antik, lagu “Luka” tidak dimasukan juga? Padahal dari liriknya juga tidak terlalu keras dan lagunya sendiri cukup enak didengarkan.

Memang ada beberapa judul album di PH dan kaset yang berbeda, dan jumlah lagu pun tidak sama dengan di kaset. Biasanya versi PH jumlah lagu sedikit karena kapasitas PH yang terbatas.

dOel for iwanfalsmania.blogspot.com

Luka
Iwan Fals (1984)


Luka lama kambuh kembali
Semakin jelas semakin parah
Menjalar di setiap hari.

Janji janji hilangkah kini
Hanya usap hanya sentuh telinga
Lalu pergi

Bahkan malam yang biasa singgah
Enggan menyapa pada sang bulan
Mimpi mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah bertambah nyeri
Luka

Kau paksa kami untuk menahan luka ini
Sedangkan kau sendiri telah lupa
Akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita
Akan hitamnya tangis
Akan kentalnya nanah

Dikaki kami yang labil melangkah

15 Juta

15 Juta
( Iwan Fals )

Puisi dari Iwan Fals yang tidak dikomersilkan, dibacakan setelah menyanyikan lagu berjudul Lagu Pegangan. Puisi ini dibacakan di UGM, Mei 1998

15 juta orang menganggur
Puluhan juta lagi orang terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Dirumah-rumah orang ketakutan
Sikat lawan, sikat kawan urusan belakangan di belantar

Seniman, wartawan dan dermawan
Suka tak suka menjadi orang tahanan
Terpenjara oleh kenyataan... sialan...

15 juta orang menganggur
Puluhan juta orang lagi terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip dengan binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Urusan belakangan...

makasih buat Ricky

Pemandangan

Pemandangan
Iwan Fals (1996)

Lagu Iwan Fals yang tidak pernah dikomersilkan. Dibawakan pada Jambore Wisata Tahun 1996 di Pantai Malingping Banten.

Melihat ke depan melihat ke belakang
Melihat ke kiri melihat ke kanan
Melihat ke atas melihat ke bawah
Kapan aku melihat diriku ?

Didepan harapan dibelakang masa lalu
Di kiri jurang di kanan pun jurang
Di atas langit di bawah tanah
Kapan aku melihat diriku ?

Pemandangan membuat aku cemburu
Pemandangan membuat aku terharu
Pemandangan membuat aku malu
Pemandangan membuat aku semakin tak tahu

Tak melihat aku buta
Tak melihat aku tak mau
Aku ingin melihat yang tak terlihat
Ach … Sok Tahu !!!

makasih Fendi

Serdadu Dan Kutil

Serdadu Dan Kutil
(Iwan Fals)


Ini adalah lirik lagu Iwan Fals yang belum pernah dikomersilkan. Pernah dibawakan di panggung UGM, Mei 1998.

Sibuk bikin kabinet
Rakyat lagi kegencet
Ekonomi kepepet
Terpaksa jadi jambret

Maklum susah, Bung !
Daripada ngelamun
Maklum pusing, Bung !
Sidang di dapur umum

Wakil rakyat bahenol
Perutnya ngejendol
Pintar-pintar bikin dogol
Lagi hobi ngebanyol

Si bos Marsinem
Ngentitnya pilih kasih
Ngerokok dulu ah
Baru ngebanyol lagi

Bikin feeling kabinet
Komisi jangan ngaret
Isinya kecil-kecil

Hampir sebesar kutil
Kutil, kutil, kutil
Hidup kutil !

makasih buat Ricky

Artikel Iwan Fals di Hai 1989

Dokumentasi artikel Iwan Fals yang di scan dari majalah Hai bulan Juni tahun 1989. Sebuah artikel tentang pembatalan tour konser Iwan Fals ke 100 kota.

Klik gambar untuk memperbesar.




terima kasih buat kawan kita dOel

Kata Kata

Kata Kata
(Iwan Fals)

Lagu Iwan Fals yang ini belum pernah dikomersilkan.

Kata-kata indah banyak bertebaran
Hampir setiap hari kita baca dalam koran
Hanya kata-kata bukan kenyataan
Tinggal kata kita memaki persetan !

Perlahan namun pasti tak peduli lagi
Menguak menghilang rasa hormat pada kata-kata
Apakah ini pertanda bencana ?
Kata indah berbisa berbusa-busa

Aku hanya diam tak bisa bicara
Aku hanya diam menyaksikan kejadian yang tak masuk di akal

Lalu mencoba berkaca
Pada kata kusandarkan kata-kata
Karena kita memang tak mungkin tak berkata-kata

makasih Fendi

Semut Api Dan Cacing Kecil

Semut Api Dan Cacing Kecil
(Iwan Fals)

Sering Iwan Fals menggunakan fabel dalam lagu-lagunya untuk menggambarkan kehidupan yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebuah lirik lagu yang belum pernah dikomersilkan.

Diantara rerumputan dan bebatuan
Setelah pagi menjelang siang
Balada semut api dan cacing kecil
Berguling seperti seperti hati dan pikiranku
Saling menerkam saling berusaha untuk berarti

Semut api dan cacing kecil
Yang satu bergerombol yang satu sendiri
Semut api itu terus mengigiti cacing kecil menggelepar – gelepar
Pergulatan hidup di badan rumput dan batu

Kehidupan diatasnya berjalan biasa saja
Orang – orang terus bekerja aku merangkai lagu
Matahari membakar kulitku
Angin dingin membelai - belai
Semut api dan cacing kecil
Ada di hati dan pikiranku

Kursi panjang , teko dan gelas berisi teh pahit
Temani para buruh bekerja
Seekor kadal melintas
Sekejap berhenti melihat ke arahku

Apa yang ingin disampaikan
Apa yang ingin dikabarkan
Aku menunggu, aku menunggu bisu
Menunggui bisu .. bisu ..

makasih Fendi

Artikel Iwan Fals di Karina 1992

Dokumentasi artikel tentang Iwan Fals yang di scan dari majalah Karina tahun 1992. Saat itu usia Iwan Fals masih 31 tahun. Artikel ini sebelum album Hijau keluar.

Klik gambar untuk memperbesar.







catatan : ada foto Krisdayanti jaman dulu.

Terima kasih untuk dOel

Lagu Pegangan

Lagu Pegangan
(Iwan Fals)

Lirik lagu Iwan Fals ini belum pernah dikomersilkan, dinyanyikan di UGM, Mei 1998.

Kita masih dilanda krisis
Bahkan lebih dari krisis
Krisis yang menjadi kritis
Kritis yang melahirkan orang bengis
Ooh... oohh...

Memang sulit dari situasi ini
Tapi bukan berarti tak ada jalan
Jalan keluar pasti ada
Itu sebabnya aku nyanyikan lagu ini
Ooh... oohhh...

Dengarlah kawan kalau kau mau sampai ditujuan
Dengarlah kawan kalau kau mau sampai ditujuan
Potong saja tangan para koruptor
Hukum mati para pembunuh
Jangan beri hati para pemerkosa
Rajam saja ditengah kota

Politisi harus berani miskin
Yang kaya biar rakyat biasa
Agar kemakmuran menjadi nyata
Penguasa jangan jadi pengusaha

Pencuri, pemabuk dan pelacur itu warisan leluhur
Tak kan membuat bangsa menjadi hancur

Kalau lagu ini jadi pegangan
Kau pasti sampai ditujuan
Tak usah kamu bimbang
Menyanyi saja dengan lantang

Lagu ini lagu pegangan
Ciptaan bangsa yang sedang guncang
Hukum haruslah ditegakkan
Peduli setan dan jin yang menghadang
Peduli setan dan jin yang menghadang

** setelah menyanyikan lagu ini, Iwan Fals membacakan puisi berjudul 15 Juta (tidak diketahui judul asli puisi ini)

makasih Ricky

Demokrasi Otoriter

Demokrasi Otoriter
Iwan Fals (1996)


Salah satu lagu "misteri" Iwan Fals yang dibawakan pada acara Jambore Wisata Tahun 1996 di Pantai Malingping Banten. Perhatikan lirik yang dibawakan, keras, kritis yang sangat tajam buat penguasa dan badut-badut politik masa itu. Andai lagu ini dibawakan oleh Iwan Fals sekarang, tentu masih relevan bukan?

Orang-orang kecil kok malah peduli
Merogoh kantong untuk harapan kosong
Otak demokrasi memberikan janji
Berdiri sedih berdarah perih

Orang-orang besar kok malah bertengkar
Melongok hati untuk bersembunyi
Otak otoriter sudah mulai teler
Jangan ragu-ragu walau kita malayu

Demokrasi otoriter
Mari sini jangan ngeper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keleler

Demokrasi otoriter
Mari sini jangan jiper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keteter

Orang-orang dogol kok masih bercokol
Ongkang-ongkang kaki di televisi
Otak foya-foya ngomong Pancasila
Melintas bebas sehabis melibas

Demokrasi Pancasila
Bebas tapi tidak bebas
Demokrasi dan tentara
Yang mendengar jadi ingin tertawa

Demokrasi Pancasila
Bukan milik kaum jelata
Demokrasi dan para badut
Yang mendengar jadi ingin KENTUT

makasih Fendi

Air Dan Batu

Air dan Batu
(Iwan Fals)

Ternyata banyak lirik lagu Iwan Fals yang tidak diedarkan. Biasanya Iwan Fals menyanyi spontan dalam sebuah acara, dan penggemarnya lalu merekam lagu-lagu unik semacam ini.

Orang - orang mulai sadar diri
Terbangun dari tidur yang panjang
Hari terbuang tidak berarti
Hanya untuk membelai bayangannya sendiri

Orang - orang mulai sadar diri
Bergegas meninggalkan ranjang
Entah pergi kemana
Suaranya bergemuruh seperti longsor

Doa – doa berhamburan
Nyanyi – nyanyi berterbangan
Jati diri dicari – cari
Untuk ada dan termakna

Air dan batu tidak sama
Air dan batu bisa bersama
Air punya mata, batu punya kepalan
Semuanya menyebar sendirian

Orang – orang harus sadar diri
Kalau bukan sekarang kapan lagi

makasih Fendi
 
© 2009 Oi Belum Ada Judul | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan